Perbedaan
Senyum ini selalu ada di setiap
detik dirinya menatapku, entah apa yang aku fikirkan aku hanya mampu tersenyum
saat mendengar dirinya mengatakan “aku sayang kamu. Mau kah kamu menjadi
pacarku?”
Tak mampu ku menjawab rasa bingung
pun menderaku baru dua kali kita ketemu, baru dua kali kita jalan bareng dia
sudah berani mengatakan cinta padaku. Mungkinkah ini cinta sesaat atau hanya
pelampiasaan hatinya. Tapi sekali lagi dia mengatakan kata-kata cinta itu dan
meyakinkan ku bahwa dia benar-benar jatuh cinta padaku sejak pertama kali dia
bertemu. Dan kali ini aku mulai percaya kata-katanya karena dia mengatakannya
dengan tatapan tulus penuh cinta. Aku pun mencoba meyakinkan hati ku bahwa
benar dia yang mampu mengobati luka lamaku. Dengan lantang pun aku menjawab
“iya aku mau jadi pacarmu”.
Senyum gembira itu pun merekah dari
bibirnya yang merah alami lalu dia pun menggenggam tanganku erat dan mencoba
meyakinkan bahwa memang dia yang selalu ada di saat aku susah maupun senang.
Aku hanya mampu tersenyum, dan tersenyum. Lelaki berperawakkan tinggi besar dan
berkulit putih ini yang mampu meluluhkan hati ku yang membeku setelah satu
tahun. Ardi nama pria itu nama yang selalu menemani ku di hari-hari selanjutnya
nanti. “sayang, jangan lupa makan y…? aku gak mau kalo sampe maag kamu kambuh
lagi” ucap ardi saat aku mengangkat telfon darinya yang terdengar setengah
khawatir. mungkin karena seharian ini aku tak memberi kabar kepadanya karena
aku sangat sibuk dengan kegiatan di kampus, maklum lah saat ini aku tercatat
sebagai salah satu mahasiswa baru di salah satu perguruan tinggi negeri
di kota ku.
“iya sayang sebentar lagi ya aku
makannya naggung ne…..ok sayang?” jawabku dengan nada sedikit manja.
“ iya terserah yang pasti aku gak
mau gara-gara kamu terlalu sibuk kamu jadi sakit” ucapnya masih dengan nada
setengah khawatir.
“iya sayang, aku pasti makan kok.
Kamu sendiri udah makan belum?” Tanya ku pada ardi.
“udah tadi. Ya sudah sekarang kamu
lanjutin ajja dulu pekerjaan kamu nanti kalau udah selsai aku telfon lagi.”
Ardi pun menutup telfonnya aku pun kembali melanjutkan pekerjaanku tapi ntah
mengapa tiba-tiba terlintas sesuatu fikiran yang sebenarnya tak pernah
aku perdulikan setelah 1 bulan lebih aku menjalani hubungan bersama Ardi.
Keyakinan y….keyakinan kami berdua
memang berbeda sebenarnya selama ini kami tak pernah mempermasalahkan soal
keyakinan kami yang berbeda selama ini kami saling bertoleransi dengan
keyakinan masing-masing bahkan kami saling mengingat kan satu sama lain agar
tidak lupa untuk beribadah dan orang tua ku juga tidak mempermasalahkan
hubungan kami yang berbeda keyakinan.
Tapi entah mengapa malam ini terlintas
fikiran ini seperti beban yang menumpuk di kepalaku terasa berat hingga ku tak
mampu memikulnya. “happy britday” hari ini adalah hari ulantahun ku yang ke-18
tahun inbox handphone atau pun inbox e-mail ku penuh dengan ucapan dari
teman-temanku.
Tapi mengapa tak ada satu ucapan
dari Ardi padahal aku berharap dia lah menjadi orang pertama yang mengucapkan
“happy britday”. ke mana dia??? Sudah satu minggu ini sifatnya tag seperti Ardi
yang kukenal dulu, tag seperti Ardi 2 bulan yang lalu yang mengatakan cinta
padaku. Padahal s’ingat ku kami tidak sedang bertengkar bahkan kami tak pernah
bertengkar sama sekali, tapi mengapa sifatnya bisa berubah 180 derajat
seperti ini.
Hampir lewat sudah hari yang
seharusnya menjadi hari bahagiaku, tapi dia benar-benar tak ada menghubungiku
apa yang sbenarnya terjadi apa salahku??. 2 hari setelah hari bahagiaku dia pun
masih belum ada memberi kabar padaku apa yang terjadi?? Apa salahku?? Sedang
apa dia??? Begitu banyak pertanyaan yang hinggap di kepalaku. Aku pun mencoba
menghubunginya dengan segala keberanian yang ku punya. “hallo…..” terdengar
suara wanita di seberang sana aku bingung siapa dia??? Hatiku berdebar
sangat kencang lalu aku pun memberanikan diri untuk berkata “maaf ini benar
handphonenya Ardi Pratama???” tanyaku dengan suara yang bergetar “iya benar.
Saya mamanya” mendengar jawaban ini hatiku sedikit lega walaupun hati ku masih
sangat berdebar karena bukan ardi yang mengangkat telfonku. Dan mengapa
handphone Ardi bisa ada sama mamanya ada apa dengan Ardi?? Lalu aku pun
memberanikan diri untuk mulai bertanya.
“ Maaf tante saya Bela temannya ardi
bisa saya bicara dengan ardi tante??” tanyaku.
“ouwh…jadi kamu bela??? Tunggu
sebentar y….?” jawab mamanya Ardi dengan nada yang sebenarnya gak enak di
dengar.
“Halo ada apa bel??” ucap pria di
sebrang sana dan itu adalah Ardi, tapi kenapa dia gak panggil aku dengan
sebutan “sayang???” Semenjak kita jadian Ardi selalu memanggilku sayang
tapi kenapa kali ini dia memanggilku dengan namaku?? BELA???. “sayang, kamu k
mana aja sih???tau gak aku kangen banget sama kamu.” Ucapku dengan nada senang
karena aku sudah mendengar suara Ardi yang ternyata memang baik-baik saja. “
maaf bel, beberapa hari ini aku gak ada kasih kabar ke kamu” belum selesai Ardi
berkata aku segera memotong ucapan Ardi “ udahlah gak papa sayang. Malam ini
keluar yuk…. Udah lama kita gak keluar bareng aku pengen dinner sama kamu”
ucapku. “ Maaf bel…aku gak bisa tapi nanti malam aku mau ke rumah kamu boleh
y…?? aku pengen ngomong sesuatu” ucapnya dengan nada lesu dan aku mulai curiga
walaupun dia belum mengatakan masalah apa yan ingin di bicarakannya air mataku
sudah mengalir deras. Dan sebenarnya aku sudah ada firsat lain. “ehmp…iya boleh
aja aku tunggu kamu y” lalu aku pun menutup telfon ku karena aku sudah tak
mampu berkata karena firasat ku begitu kuat kalau dia akan mengatakan sesuatu
yang sebenarnya tak ingin ku dengar. “kamu mau ngomong apa sih sayang???”
dengan mata merah aku memberanikan untuk menatap Ardi yang saat itu sudah duduk
di sofa ruang tamu rumahku. Lalu Ardi pun memeluk tubuhku erat dan berkata
“Selamat ulang tahun sayang. Maaf aku telat ngucapinnya.” Ucap Ardi dengan nada
yang bergetar, dan aku pun sudah tak mampu menahan air mataku yang deras
mengalir keluar dari pelupuk mataku.. “iya gak papa sayang aku bisa maklum
mungkin kamu lagi sibuk” dengan suara tersendat aku berkata.
Masih dengan pelukkan eratnya dia berkata
”sayang maaf y…kalau selama ini aku ada salah sama kamu. Sebenarnya kamu udah
tau kan aku mau ngomong apa sekarang sama kamu karena aku tau felling kamu
sangat kuat.” Sungguh tak mampu aku mendengar lanjutan kata-katanya aku hanya
mampu menangis dan memeluk lebih erat lagi. “Aku mau kita Putus bel, sebenarnya
aku gak mau dan gak mampu kalo harus pisah dari kamu. Tapi ini bukan kemauan
aku bel. Ini kemauan orangtua ku karena mereka tau kalau hubungan kita adalah
hubungan dengan beda keyakinan dan mereka ingin aku udah mulai berhubungan
serius.” Ucap Ardi dengan nada yang sangat bergetar.
Aku pun tak kuasa mendengarnya dan hanya
mampu berdoa kalau ini hanyalah mimpi atau waktu dapat tiba-tiba berhenti
berputar. “Maaf bel…… itu yang menyebabkan aku beberapa hari ini tidak
menghubungi kamu karena aku gak tega harus ngomong ini sama kamu aku sayang
kamu bel…aku cinta kamu bel…bahkan aku berharap hanya kamu yang terakhir dalam
hidupku maafkan aku bel….hari ini hari terakhir ku di sini besok aku sudah harus
masuk asrama bel…” aku semakin tak mampu mendengar kata-katanya aku tau dia
selama ini sedang mengikuti test di salah satu sekolah kedinasan di kota kami.
“Aku sayang kamu di..gak adakah cara lain agar kita tetap bisa bersama”ucapku
dengan nada yang tesendat-sendat. “gak ada bel..aku gak berani ngelawan kemauan
orang tuaku bel maaf….s’moga waktu yang dapat menjawab semua doa kita bel….yang
pasti aku selalu sayang dan cinta kamu bel…hanya kamu dan untuk kamu bel…” air
mataku s’makin deras hingg tak mampu terbendung lagi. Lalu Ardi pun melepaskan
pelukkannya dan mengecup keningku. “Aku sayang kamu bel….sekarang aku hanya
mampu berdoa agar aku dan kamu mampu melewati semua ini dan waktu segera
menjawab penantian kita agar kita dapat bersama lagi” lalu Ardi pun pergi
meninggalkan ku yang masih terduduk sedih dengan uraian air mata yang tak mampu
tebendung lagi. Kenapa…kenapa harus perbedaan keyakinan yang memisahkan kita…
tidak kah kekuatan cinta mampu mengalahkan semuanya??? Aku akan s’lalu menanti
mu..menanti kamu kembali memeluk dan mgecupku lagi Ardi Pratama.
Selesai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar